Eka Putra

Otak Politisi dan Otak Insinyur

Dalam pertemuan World Economic Forum di Davos tahun 2008, saya menghadiri sebuah forum di mana pendiri-pendiri Google mempresentasikan pandangan mereka tentang energi dan saya merenung dengan sebuah pertanyaan bagaimana jika mereka mengurus indrustri lainnya, dan bahkan bagaimana jika mereka menjalankan roda pemerintahan. Hal tersebut memberi saya jendela ke dalam sudut pandang dunia para insinyur.

Beberapa saat sebelum forum Google.org ini, saya telah menghadiri sesi dengan Bono dan mantan Wakil Presiden Al Gore. Mereka mempresentasikan perkara inti mereka: kemiskinan yang hebat, utang yang tidak perlu dibayar; Bono membicarakan penyakit, dan Gore membicarakan bumi. Kedua pria itu berusaha mendesak orang-orang berkuasa yang ada di aula besar tersebut untuk melihat bahwa perkara mereka saling melengkapi (tidak bisa hanya menyelesaikan satu masalah saja tanpa menyelesaikan masalah yang lainnya, mereka setuju) tetapi dalam kenyataannya, mereka bersaing merebut perhatian politik dan ekonomi pemerintah serta korporasi yang ada di sana. Gore berbicara dengan menggebu-gebu, bahkan marah, saat dia bersikeras bahwa cara untuk melawan pemanasan global adalah dengan pajak karbon, regulasi, larangan, pengorbanan. Dia menyampaikan agenda lingkungan yang sering kita dengar, dan melakukannya dengan penuh wibawa dan kebulatan tekad.

Kemudian, saya seolah mendaki gunung saat mendengarkan tim Google (pendiri-pendirinya), Page dan Brin dengan direktur eksekutif Google.org, Larry Brilliant. Perbedaanya terlihat kentara. Secara ringkas (bukan bermaksud berlebihan dalam menyederhakan pendapat pokok mereka): Saat Gore menuntut pajak, tim Google mengusulkan penemuan dan inventasi. Gore dan perusahaan ingin menaikan ongkos karbon (ongkos polusi), sedangkan tim Google ingin menurunkan ongkos energi. Saya sedikit tidak adil kepada Gore, saat dia berargumen bahwa hasil dari pajak akan membiayai pembangunan teknologi. Namun, Google tidak membutuhkan dolar pajak. Kalau Google dimisalkan sebuah negara, keuntungan $20 miliarnya akan mendukung dia sekitar urutan ke-80 dalam produk domestik kotor. Dia bisa berinvestasi dalam penelitian energinya sendiri.

Masih saja, kita melihat perbedaan sudut pandang dunia dalam pekerjaan. “Anda tidak bisa sukses begitu saja karena kemudian Anda tidak akan memiliki perkembangan ekonomi,” ujar Brilliant. “Carilah cara untuk mendapatkannya lebih banyak dari yang pernah Anda bayangkan.” Lebih banyak energi daripada yang pernah Anda bayangkan. Menciptakan dan mengelola kelimpahan dan bukannya mengendalikan kelangkaan (ini pemikiran kolot), itulah sudut pandang dunia Google. Saat Gore berbicara tentang apa yang seharusnya tidak kita lakukan, Google justru bicara tentang apa yang bisa kita lakukan. Di sinilah kita melihat perbedaan antara otak politisi dan otak insinyur. Orang-orang Google memulai dengan sebuah masalah kemudian mencari pemecahanya. Mereka mengidentifikasi kebutuhan, mencari kesempatan, kemudian dengan sistematis, logis, dan agresif menyerangnya dengan inovasi.

Sumber: What Would Google Do? - Jeff Jarvis